top of page
  • Writer's pictureNovinta Dhini Soetopo

Kenapa saya mendukung legalisasi pernikahan beda agama, dan sesama jenis?

Updated: Dec 18, 2020

Jawabannya mudah saja,

karena cinta adalah hak setiap makhluk hidup.


Bagi saya cinta adalah apa yang dirasakan, dan perasaan tidak memandang limitasi. Tidak memandang suku, agama, ras, maupun orientasi seksual.

Segala hal yang tidak memberikan tindak bahaya dan mengancam hidup makhluk lain, adalah sah untuk dilakukan—termasuk mencintai seseorang lain.


Because its love. The most beautiful thing would ever happen as we’re alive.

You love to love, so let people love.


Merasakan, memberikan, serta mendapatkan cinta memberikan kebahagiaan bagi makhluk hidup. Memberikan kenyamanan, perlindungan, serta kekuatan. Maka, semua makhluk hidup berhak atas cinta.


Saya rasa bukanlah hak kita untuk menentukan, menghujat, apalagi melarang pilihan orang lain atas hidupnya, atas hak asasinya sendiri sebagai manusia.


Saya rasa, tidak logis membenci orang lain hanya karena mereka sedikit berbeda. Sedang mereka hanya melakukan insting dasar alamiah manusia, merasakan cinta. Perkara berbeda sasaran saja yang menurut saya terlalu remeh untuk diperdebatkan—toh intinya sama. Its just love. Its harmless.


Tidak logis pula jika harus berhenti mencintai, perkara sebab cinta yang dimiliki dinilai bertentangan dengan aturan masyarakat. Tidak logis jika harus membohongi dan menyakiti diri untuk kesejahteraan pandangan orang lain, yang barangkali sama sekali tidak peduli apalagi sudi bertanggung jawab untuk hidupmu.






Berdasar hukum di Indonesia sendiri, tidak ada larangan spesifik terkait pernikahan beda agama:


Sementara itu dalam Undang-Undang Perkawinan No 1 tahun 1974 tidak ada pernyataan eksplisit mengenai pernikahan campuran (agama), yang ada hanya penjelasan soal pernikahan campuran kewarganegaraan. Biasanya, argumentasi ditentangnya pernikahan beda agama adalah dengan merujuk pada penafsiran Pasal 2 ayat (1) UU Perkawinan yang berbunyi, “Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu.”

Selanjutnya adalah tugas negara untuk mencatat pernikahan mereka. Dalam hal ini, yang jadi masalah adalah, tidak semua Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil mau mencatat pernikahan pasangan tersebut. Kebanyakan petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil hanya paham bahwa pernikahan beda agama dilarang. Hal tersebut bisa jadi datang dari ketidaktahuan atau bias ideologi keagamaan yang dianut oleh petugas.

“Ini persoalan ketidaktahuan aparat hukum. Mereka sendiri sebagai penyelenggara negara tidak memahami konstitusinya sendiri. Sehingga mereka tidak mengakomodasi pernikahan beda agama,” jelas Ahmad ketika dihubungi VICE Indonesia. “Hal itu diimplementasikan olehnya ketika melayani pelayanan publik,”

(https://www.vice.com/id_id/article/wjpb4q/kata-siapa-di-indonesia-tak-bisa-menikah-beda-agama)


Ini berarti pernikahan beda agama sebenarnya sah, apabila dilakukan sesuai prosesi adat dan cara agama masing-masing.

Letak sulitnya adalah karena untuk dapat tercatat sah sesuai hukum, pasangan mau tidak mau menurut dengan dinas terkait--yang mengharuskan untuk secara resmi tertulis dengan agama yang sama, karena ketidak tahuan mereka.


Keadaan ini yang menjadi konflik pada pasangan berbeda agama karena jadi berpikir harus melepaskan agama yang selama ini mereka anut. Tidak dipungkiri bagi kebanyakan, agama sudah menjadi salah satu bagian dari identitas dan jiwa. Sehingga agak mustahil jika harus meninggalkan kepercayaan yang dicintai karena seperti menyakiti diri. Bahkan pindah kepercayaan terkadang sudah bukan lagi perkara mengkhianati Tuhan, tapi mengkhianati sanak keluarga.

Andai kata pernikahan berbeda agama mudah dilakukan, maka tidak akan ada pihak yang tersakiti. Setiap pasangan yang memang sudah saling mencintai tidak perlu berpisah, dan tetap dapat mempertahankan apa yang mereka anut.


Sedang untuk pernikahan sesama jenis, larangan berdasar hukum sama sekali tidak logis bagi saya.

Karena kembali lagi, hak asasi manusia sedari lahir adalah mereka berhak memilih jalan hidupnya. Termasuk memilih kepada siapa mereka mencintai. Perkara perbedaan orientasi seksual, padahal pada dasarnya tetap cinta juga. Jika mereka tidak melakukan tindak berbahaya bagi makhluk lain, maka kenapa harus dilarang? Mengapa harus takut?

Bukankah seharusnya hukum melindungi dan mensejahterakan seluruh rakyatnya?


Terlepas dari apa yang kamu percayai, terlepas dari benar atau tidaknya sebuah hal dari kacamatamu—jika apa yang dilakukan orang lain tidak mengancam dan membahayakan hidupmu serta makhluk lain, maka orang lain bebas dan sah melakukan apa saja. Mereka tetap memiliki hak untuk hidup dan kamu tetap tidak memiliki hak apapun atas diri mereka.

Dan lagi bagi saya, jika figur-figur suci yang dipuja memang benar ada, mereka adalah sosok yang sangat berwelas asih, sangat toleran, dan begitu pengertian. Maka, mereka juga mengajarkan kasih yang universal, yang kepada siapa saja dan apa saja. Kasih yang penuh dengan toleransi, dan pengertian. Bukan yang barbar dan anarkis.

Adalah juga karena mereka tidak memiliki sifat dasar manusia yang bernapsu, berego, berkeserakahan, bertempramen—karena toh mereka bukan manusia. Adalah bukan pembenci, pemarah, dan tersinggungan. Mereka adalah suci. Suci yang berarti murni dan tanpa cela. Tidak terkotori sifat busuk manusia. Sangat berwelas asih dan akan selalu menerima kepada siapapun anak-anak mereka, macam apapun anak-anak mereka—yang senantiasa berusaha berbuat baik dan tidak menyakiti kepada ciptaannya yang lain.


Tatkala semua orang memiliki hak untuk berpendapat, maka jika kamu tidak setuju, silahkan tidak setuju. Sama seperti jika orang lain setuju, biarkan mereka setuju. Kamu ingin berjuang bagi dirimu sendiri, biarkan orang lain berjuang demi diri mereka. Kamu tidak ingin hidupmu diusik, jadi jangan mengusik. Kamu tidak ingin dihakimi semerta-merta, maka jangan menghakimi. Kamu ingin dicintai sebagai apa adanya dirimu, sebagai hatimu, terlepas dari label yang kamu miliki—maka cintai orang lain sebagai mana diri mereka, sebagai mana hati mereka, terlepas dari label yang mereka miliki.

Tapi memiliki pilihan yang berbeda, adalah bukan menjadi alasan untuk merasa lebih superior ataupun mendapat ijin untuk menjadi agresif.


Manusia diciptakan berbeda-beda agar satu sama lain dapat saling belajar, dan agar dapat saling mewarnai.

Manusia berbeda-beda karena memang itulah yang semestinya terjadi.

That’s just how the universe works, in a way that makes our lives less dull and unique.

Every kind of love is equal. So is everybody’s equal.

Everybody deserve happiness, everybody deserve love.

Cintai siapun yang ingin kamu cintai.

Selama cinta itu membuatmu dan yang kamu kasihi berbahagia serta bersama-sama tumbuh, maka tetaplah mencintai.

Cinta adalah cinta bagaimanapun juga. Tidak ada aturan khusus. Adalah perkara apa yang kamu rasakan dan bagaimana itu dapat membuatmu berkembang sebagai manusia.


Selama cinta itu bersambut dan membuat yang merasakannya berbahagia, maka cinta itu sah.


 

Apakah ada cara mudah bagi pasangan beda agama untuk menikah di Indonesia?

Kakak dan kakak ipar saya berbeda agama dan mereka tetap menikah.

Mereka melakukan prosesi dua kali, sesuai dengan agama masing-masing. Tetap menikah sesuai dengan aturan yang berlaku.

Dalam buku nikah dan ktp, agama tertulis sama, namun dalam berkeseharian, mereka tetap bebas beribadah sesuai dengan kepercayaan masing-masing.

Yang paling saya kagumi adalah mereka berdua saling mempelajari kepercayaan dan adat masing-masing. Jadi anggaplah seperti memiliki dua agama. Keduanya selalu saling menemani dan bahkan ikut beribadah ketika pasangannya sedang beribadah.

Saya pribadi justru sangat senang karena keluarga kami jadi jauh lebih berwarna. Banyak keberagaman dan banyak hal baru yang bisa dipelajari.

Tapi tidak bisa dipungkiri dan seperti yang bisa diduga, mulanya hubungan keduanya mengalami guncangan hebat hanya perkara beda agama ini. Beruntung kakak dan ipar saya menjadi salah satu pasangan yang kuat dan mampu bertahan.

Melihat dari pengalaman keluarga, saya semakin mendukung pernikahan beda agama. Setidaknya dengan legalnya pernikahan beda agama, dapat mempermudah hubungan teman-teman yang mengalami hal serupa.


Apakah ada cara bagi pasangan sesama jenis untuk menikah di Indonesia?

Bali merupakan salah satu—atau mungkin satu-satunya tempat yang pernah tercatat mengijinkan pernikahan sesama jenis.

But I will do further research for this one. Hopefully I may found information about places that allow same sex marriage in Indonesia.


Apa yang harus dilakukan jika pasangan menolak untuk berjuang?

Pada akhirnya cinta merupakan perjuangan kedua belah pihak. Adalah tentang memberi dan diberi. Jika sudah berusaha keras memberi pengertian namun pasangan tetap bersikukuh menolak, probably that’s mean they’re not for you. Jangan lagi memaksa, karena hal itu hanya akan menyakiti dia dan juga dirimu.

Orang yang tepat akan datang pada akhirnya. Yang juga akan mempertahankanmu sebagaimana kamu mempertahankan mereka. Tidak perlu takut. Keep staying true to yourself and to your heart. It will find a way. Goodluck!


Jika kalian belum menemukan orang yang mendukung cinta yang kalian miliki, setidaknya kalian telah dapat satu disini. Saya akan selalu mendukung. Wish you all the best luck! Don’t stop fighting for your own happiness!

345 views0 comments

Recent Posts

See All

Tale of Mariposa Princess and A Poor Butterfly

There's a big, tall dirty glass box stranded in the middle of nowhere. The Mariposa princess supposed to play but she went too far and found this big, tall dirty glass box that is twice her size. Then

Kenapa Saya Beralih ke Sustainable-Minimalis Living?

Saya mengetahui praktisi gaya hidup sustainable living (minimalism and zero waste) berawal dari Youtube, dari para praktisi veganism. Gaya hidup ini juga terkait dalam mempromosikan gaya hidup ramah l

bottom of page